What do u think about relationship??

Selasa, 03 Februari 2009

s a t u

Pernah merasa kalo ga punya tempat tinggal? Merasa asing ditempat dimana kita dilahirkan? Atau diambil haknya hanya karena sebuah pengakuan yang tidak pernah terucap?
Dari dulu, pemahaman yang selalu ditanamkan dalam diri gue secara ga sadar adalah bahwa gue bukan orang Indonesia yang ga punya banyak hak disini, yang harus serba aware sama masyarakat sekeliling dimana gue tinggal, karena kembali, merasa bahwa ini bukan tanah sepenuhnya milik gue.

Selalu yang diingatkan adalah satu persepsi bahwa gue bukan bagian dari masyarakat ini secara langsung. Gue adalah bagian dari sebuah golongan yang ada di dalam kelompok masyarakat Indonesia. Dan karena memang jumlah orang2 yang katanya keturunan itu meskipun minoritas, tapi tidak sedikit, persepsi ini membuat lingkungan hidup gue menjadi nyaman. Yang menyedihkan, selama bertahun-tahun gue berlaku sebagai orang yang serba aware dengan orang sekitar, dan selalu, batasannya adalah fisik.

Sampai di satu titik dimana ada keadaan yang ga pernah dipikirkan akan terjadi oleh orang2 yang menanamkan persepsi seperti itu. Seperti sifat dasar yang dimiliki oleh semua orang, sifat yang ingin bergerak diluar wilayah nyamannya untuk mengenal dunia baru yang dipercaya lebih luas. Dan entah bagaimana lingkungan baru yang lebih luas itu membuat gue menjadi jauh lebih nyaman. Tapi masalahnya sekarang, gue merasa gue hidup di berbagai macam dunia berbeda. Saat menghabiskan waktu bersama orang2 yang mengaku sebagai satu ras, gue hidup seperti mereka, bergaya seperti mereka. Namun saat gue menghabiskan waktu dengan orang2 selain mereka, gue mencoba hidup seperti mereka, kembali bergaya hidup seperti mereka.
Butuh waktu yang ga sebentar dan penyaringan pandangan serta prinsip hidup yang tidak mudah, sampai akhirnya gue mengerti, bahwa gue ga bisa milih gue dilahirkan dimana, menjadi orang apa bukanlah suatu hal yang harus diingkari atau bahkan disesali. Yang seharusnya dilakukan sekarang, menyandang status sebagai orang keturunan, bukan berarti berhak untuk takut terhadap masyarakat sekitar., bukan suatu batasan akan jadi siapa dan apa kita di lingkungan ini. Gue belajar bahwa bagaimana kita bersikap, hal itulah yang menjadi alat pengenal siapa kita. Bukan lagi parameter fisik yang menjadi alat pengenal kita. Hal-hal tersebut merupakan hal-hal yang ga bisa kita ingkari, harus kita terima. Namun bagaimana kita bersikap dengan fisik yang kita punya, hal itulah yang membuat kita diterima, sampai pada akhirnya lupa pada perbedaan yang ada.

Karena pada dasarnya kita berbicara satu, berbahasa satu, bertanah air satu, ya.. semuanya satu.. Kita berhak kok memiliki dan menanam mimpi di Indonesia.

Dengan artikel ini, gue hanya ingin mengingatkan bahwa hati-hati dengan kepercayaan dan pandangan hidup yang anda tanamkan pada anak anda, lingkungan sekeliling anda dan diri anda sendiri.