What do u think about relationship??

Jumat, 04 April 2008

Selasa, 01 April 2008

seni = kontextual ? ? ?

seni = kontextual ? ? ?

"membuat segala sesuatu harus tahu tempatnya, harus mencerminkan kekhasan tempat tersebut, harus dapat tersampaikan maksud dan tujuan benda tersebut dibuat. Apalagi yang berhubungan dengan seni. Segala yang berbau seni harus dapat dikatakan indah, cantik, dan mengundang decak kagum. Mengekspos unsur venustas yang ramah dengan lingkungan."

masih kontextualkah pernyataan tersebut di era saat ini?? dimana kebebasan merupakan dorongan untuk menciptakan sesuatu, diakui atau tidak, melandasi lahirnya seni. seni menjadi satu wadah menyuarakan sesuatu, bukan saja soal kebutuhan, namun mengandung unsur kepuasan. karena unsur kepuasan tersebutlah, yang membuat standar seni meningkat ke tingkat "memanusiakan manusia".

seorang manusia punya kebebasan sebagai manusia. untuk menciptakan yang dia inginkan sesuai standar venustasnya sendiri. lebih dari sekedar kebutuhan atau kecantikan, namun juga usaha untuk menunjukkan eksistensinya. keberadaan manusia tersebut untuk dianggap melalui setiap karyanya.

dengan begitu, setiap usaha yang didukung dengan kebebasan dasar manusia untuk membangun sesuatu juga sebagai pengoyak tirai kemustahilan. mengacuhkan kerancuan, menghapuskan batas rasa "tidak mungkin". bahkan membungkam standar dan aturan.
seni terlihat seperti dorongan yang menyatukan idealitas dan kesadaran penuh, membuat manusia menghidupi mimpi.

tanpa disadari, sebenarnya bersuara tentang keadaan sekitar. kini, bukan hanya mencoba untuk sekedar kontextual, sesuai, dan titik. namun mencoba tentang bersuara, bahkan terkadang berteriak tentang "rasa" berada di lingkungannya, lewat karya.

lalu kemanakah standar keindahan?? standar tersebut bukan lagi standar mati, namun standar dari setiap diri manusia untuk menilai secara objektif.

yang kemudian berujung pada kebudayaan yang terus bergerak, menciptakan standar yang amoeba, selalu bergerak, selalu berubah.

dalam bidang arsitektur sendiri, berimbas pada inti studi arsitektur. tentang ruang. ruang yang tercipta pun semakin lama semakin tak berbatas. berusaha menciptakan ruang dimanapun dan bagaimanapun. dilengkapi karya kemajuan iptek kini, mata kita dipaksa untuk percaya adanya ruang maya, virtual.

melegalkan kalimat "mempercayai yang sebenarnya tidak ada, namun ada."

inspired by "seni dalam arsitektur" class on march 30th